Rabu, 16 Oktober 2013

Instrumen, Asesmen, dan Tes Uraian


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari Bloom et.all 1971).
Stufflebeam et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;
1.       Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembeljaran bagi masyrakat.
2.       Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan metode yang berbeda.
3.       Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
4.       Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5.       Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
6.       evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
7.       Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8.       Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
9.       Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
10.   Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran.
Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Dalam evaluasi ada yang dikenal dengan instrumen atau biasanya merupakan alat untuk melakukan suatu penelitian, bahkan asesmen (penilaian), dan tes (seperangkat pertanyaan). Lantas bagaimana penjelasan ketiga poin ini?


B.     Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Apakah instrumen itu yang dipakai sebgai penelitian?
b.      Bagaimanakah penjelasan atau maksud dari asesmen itu?
c.       Bagaimana tes uraian itu cara penegembangannya?


C.    Tujuan  

Dari masalah yang dikemukakan diatas maka dapat ditarik kesimpulan yang bertujuan sebagai berikut:
a.       Mengetahui apa yang dimaksud dengan instrumen
b.      Dapat mengetahui apa itu asesmen (penilaian)
c.       Dapat mengetahui bagaimana tes uraian itu dan cara menegebangkannya.




BAB II
INSTRUMEN, ASESMEN, DAN TES URAIAN

A.    Pengertian Instrumen dan Penjelasannya
Instrumen penelitian adalah: Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami benar   penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir instrumennya.
Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:

1.      Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
2.      Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable / subvariabel / indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen.
3.      Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
4.      Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
5.      Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen, misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasannya.

Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :

a)      Tes
Sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan,pengukuran intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
b)      Kuesioner
Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari reponden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
c)      Wawancara (Interview)
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,perhatian, sikap terhadap sesuatu.
d)     Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung,observasi dapat dilakukan dengan tes,kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara.Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
e)      Skala bertingkat (ratings)
Suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar tetapi cukup memberikan informasi tettentu tentang program atau orang.Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran, penampilan, terutama penampilan didalam orang menjalankan tugas yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang harus ditanyakan harus apa yang diamati responden.
f)        Dokumentasi
Berasal dari asal kata dokumen, yang artinya tetulis, didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat,dan sebagainya.

B.     Pengujian Instrumen penelitian
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :

1.      Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.Jadi,hasil penelitian  dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti.
2.      Reliable,reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable.

C.    Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya

Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari sumber data. Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.  Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden yaitu, orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun tulisan. Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan akan mempengaruhi data dan kesimpulannya dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan pekerjaan penting dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting lagi mengumpulkan data terutama jika peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.
Ada 2 sumber data yaitu:

1)      Data Primer
Data yang langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian.Ada 3 cara pengumpul data primer:
a)      Observasi
b)      Wawancara
c)      Kuesioner

2)      Data Sekunder
Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang dimiliki perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya.

D.    Definisi   Asesme
Asesmen adalah serangkaian proses yang di dalamnya terdapat aktifitas tes dan evaluasi dalam rangka memperoleh gambaran yang lengkap mengenai kemampuan dan hambatan belajar yang dimiliki oleh anak sehingga berdasarkan gamabaran/data itu dapat diambil keputusan untuk menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan belajar anak. Sejalan dengan definisi berikut bahwa asesmen adalah mengumpulkan informasi yang relevan, sabagai bahan  untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan, dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut (Mcloughlin and Lewis, 1986:3; Rochyadi &  Alimin  2003:44; Sodiq, 1996; Fallen dan Umansky, 1988 dalam Sunardi dan Sunaryo, 2006:80).  Demikian pula dengan apa yang dinyatakan oleh McLEan, Wolery, dan Bailey (2004 dalam Rahardja, Dajdja, 2006:14) bahwa asesmen merupakan istilah umum yang berhubungan dengan proses pengumpulan informasi untuk tujuan pengambilan keputusan.
Asesmen yang tepat berguna untuk membantu anak-anak berkembang secara optimal, baik fisik, sosial, emosional, intelektual maupun spiritual. Asesmen yang tepat juga dapat digunakan untuk mendeteksi keterlambatan-keterlambatan perkembangan atau kebutuhan-kebutuhan khusus yang mungkin dimiliki anak-anak. Selain itu informasi yang akurat dari sebuah asesmen bermanfaat untuk peningkatan pembelajaran sehingga proses belajar anak-anak membaik dan sebagai informasi bagi para orangtua tentang kemajuan dan hal-hal terkait dengan belajar anak-anak mereka.
Asesmen yang tepat merupakan bagian penting dari program evaluasi dan perbaikan terus menerus kualitas program pendidikan yang sudah dirancang. Dalam program pendidikan yang berkualitas, pihak-pihak terkait dengan pendidikan anak menggunakan informasi dari berbagai macam sumber untuk merencanakan dan membuat keputusan-keputusan tentang anak-anak secara individual.
Prosedur-prosedur dan instrumen-instrumen (alat) asesmen—seperti test, observasi, portofolio, penilaian guru, penilaian orangtua, dan lain sebagainya—dikatakan efektif ketika mereka memenuhi standar validitas (tepat dan akurat), reliabilitas (keajegan), dan kepekaan terhadap isu-isu kultural. Instrument asesmen yang tepat memungkinkan jawaban-jawaban yang khas dari anak-anak menurut kelompok usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, dan kondisi geografis. Anak-anak harus diukur secara individual oleh orang-orang yang mengetahui mereka dengan objektif dalam setting dan situasi-situasi yang mencerminkan penampilan mereka yang sesungguhnya. Semakin muda usia anak, maka akan semakin sulit untuk mendapatkan asesmen yang valid. Perkembangan anak-anak usia dini berlangsung sangat cepat dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman. Performansi mereka dalam tes dipengaruhi oleh kondisi-kondisi emosional anak dan kondisi-kondisi saat asesmen dilakukan.
Satu hal yang pasti dalam melakukan asesmen adalah jangan pernah menggunakan satu instrumen asesmen untuk membuat keputusan-keputusan yang memiliki konsekuensi penting bagi anak-anak. Setiap asesmen seharusnya dipilih untuk memenuhi tujuan-tujuan yang spesifik. Asesmen seharusnya diselaraskan dengan kurikulum dan proses pembelajaran di kelas.
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli :

a.      Menurut Robert M Smith (2002)
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.



b.      Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.

c.       Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
·         Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
·         Memilih dan mendesain program treatmen
·         Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.
·         Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.

d.      Menurut Lidz 2003
Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.

E.     Varian asesmen

a.       Asesmen tradisional
·         Traditional assessment refers to paper and pencil testing
·         Asesmen tradisional mengukur hasil belajar siswa hanya dengan menggunakan satu jenis alat ukur yaitu tes tetulis.
·         Tes tertulis hanya mampu mengukur aspek kognitif dan keterampilan sederhana

b.      Asesmen performance
·         Asesmen menghendaki siswa mendemonstrasikan kemampuannya baik pengetahuan atau keterampilan dalam bentuk kinerja sebagai hasil penyelesaian suatu tugas. jadi tidak hanya menjawab atau memilih jawaban yang sudah tersedia.
·         Asesmen menilai hasil belajar dan proses belajar siswa.

c.       Asesmen Authentic
·         Authentic assessment engages students in applying knowledge and skill in same way they are used in the “real world” outside school.
·         Menuntut siswa mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuannya dalam kehidupan nyata di luar sekolah.
·         Tujuannya adalah mengumpulkan bukti-bukti bahwa siswa telah dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya secara efektif dalam kehidupan nyata.

d.      Asesmen portofolio
·         Kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yg menunjukkan upaya, proses, hasil, dan kemajuan belajar siswa dari waktu ke waktu.
·         Portfolio is purposeful collection of student work that tells the story of student achievement or growth. portfolios are not folders of all work a student does.

e.       Asesmen achievement
·         Merupakan pengertian umum terhadap semua usaha untuk mengukur, mengetahui, dan mendiskripsikan  hasil belajar siswa baik yang dilakukan dengan tes tertulis, asesmen kinerja, portofolio, dan semua usaha untuk memperoleh informasi hasil dan kemajuan belajar siswa.

f.       Asesmen Alternativ
·         Merupakan asesmen yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis.
·         Pada dasarnya alternatif asesmen merupakan alternatif dari asesmen tradisionil (paper and pencil test)
·         Jadi,  performance assessment, portfolio assessment, authentic assessment dan achievement assessment alternative merupakan kelompok asesmen alternatif.

F.     Tujuan Asesmen
Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan pembelajaran secara tepat.

1.      Screening/penyaringan: untuk mengidentifikasi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus
2.      Diagnosis : untuk menentukan jenis dan berat/ringannya kebutuhan khusus.
3.      Perencanaan program
4.      Penempatan
5.      Grading/penilaian
6.      Evaluation
7.      Prediction : untuk memperkirakan potensi atau kinerja anak kelompok anak dimasa datang.

Tujuan asesmen menurut beberapa ahli:
a.      Menurut Robb
·         Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
·         Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak
·         Untuk merancang individualisasi pendidikan
·         Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
·         Untuk mengevaluasi kefektifan program.
b.      Menurut Sumardi & Sunaryo (2006)
·         Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini
·         Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak
·         Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.
c.       Menurut Salvia dan Yesseldyke seperti dikutif Lerner (1988: 54)
Asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu :
·         Penyaringan (screening)
·         Pengalihtanganan (referal)
·         Klasifikasi (classification)
·         Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)
·         Pemantauan kemjuan belajar anak (monitoring pupil progress)
Berdasarkan hasil kajian dari teori-teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa :
“Asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan asesmen) baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan layanan / intervensi secara tepat.
·         Ruang Lingkup
·Motorik
·Kognitif
·Emosi
·Perilaku adaptif
·Bahasa
G.    Pendekatan Asesmen
a.      Asesmen Formal
Asesmen formal adalah asesmen standar atau asesmen yang menggunakan instrumen baku, misalnya WISC (tes kecerdasan), PMC, Basal Reading Tes Minosetta, dll. Instrumen tersebut telah mengalami standarisasi melalui eksperimen yang ketat dengan jumlah sampel yang sangat banyak.

b.      Asesmen Informal
Asesmen informal adalah asesmen yang dibuat dan dikembangkan oleh guru berdasarkan aspek-aspek perkembangan atau kurikulum yang berkaitan dengan kemampuan belajar anak. Asesmen informal ini hanya berlaku kasuistis, maksudnya berlaku pada komunitas anak dimana guru itu membuat dan menerapkan asesmen. Belum tentu sesuai atau cocok diterapkan pada komunitas anak ditempat lain.

H.    Subjek Asesmen

Siapakah yang perlu diasesmen? Tentunya semua anak membutuhkan asesmen ini. Semua anak harus memperoleh hak pendidikan dan hak belajarnya maka semua anak perlu memperoleh proses asesmen agar hak pendidikan dan hak belajarnya terpenuhi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Anak pada umumnya membutuhkan asesmen, terlebih lagi anak-anak berkebutuhan khusus yang rentan terhadap kegagalan dalam proses pembelajaran. Semua anak berkebutuhan khusus harus diasesmen sebelum mereka memulai proses pembelajaran.
Semua subjek akan memperoleh strategi, lingkup, dan teknik asesmen yang sama. Perbedaannya terletak pada prosedur dan item-item soal dan instruksi yang ada dalam proses asesmen. Faktor usia juga menentukan bentuk item soal dan evakuasi yang akan diberikan. Misalnya asesmen membaca permulaan pada anak tunagrahita akan berebda dengan anak pada umumnya. Item-item soal pada anak tunagrahita harus memiliki instruksi yang jelas bahkan perlu dibuat dengan bahasa atau simbol yang sesuai dengan pekembangan anak tunagrahita. Namun pada prinsipnya asesmen bagi semua anak adalah sama.

I.       Strategi
a.      Asesmen Statis
Asesmen statis adalah asesmen yang dilakukan berdasarkan pola waktu yang telah ditentukan. Misalnya dilakukan pada awal masuk sekolah atau tahun pelajaran baru, tengah semester dan akhir semester.

b.      Asesmen Dinamis
Asesmen dinamis adalah asesmen yang dilakukan tanpa terikat oleh pola waktu. Asesor terus melakukan penilaian, pengukuran dan evaluasi sepanjang perkembangan anak dalam proses belajar atau kehidupannya. Setiap hasil asesmen menjadi baseline bagi asesmen berikutnya.

J.      Lingkup
a.      Asesmen berbasis Perkembangan
·         Kognitif
·         Sosial – Emosi
·         Fisik – Motorik

b.      Asesmen berbasis Kurikulum
·         Bahasa (bicara, mendengarkan, membaca, menulis)
·         Aritmatika/Matematika

K.    Teknik
Tekniknya meliputi tes, evaluasi, wawancara, observasi, dan analisis pekerjaan anak. Dalam satu proses asesmen, biasanya semua teknik itu digunakan, tidak hanya satu teknik saja.

L.     Prosedur
Prosedurnya tergantung pada lingkup asesmen yang akan dilakukan dan tergantung subjeknya. Asesmen mempunyai peran yang penting untuk mengetahui kinerja dan kontribusi pegawai terhadap organisasi. Asesmen juga merupakan sistem evaluasi untuk mengukur kompetensi dan kapabilitasnya. Asesmen kami selain menggunakan pendekatan multi-metode dan asesor yang terlatih, juga didukung oleh teknologi informasi (berbasis komputer) untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, efisien, dan efektif.

M.   Masalah-masalah Akademik
Perbedaan antara asesmen pendidikan, asesmen medis, asesmen sosiokultural dan asesmen psikologis bisa dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut :
  • Tujuannya
  • Ruang lingkup
  • Asesornya.
Untuk mengadakan asesmen bagi ABK tidak bisa hanya satu asesmen, tetapi harus lengkap agar informasi yang diperoleh tentang anak ABK dapat diketahui dengan lengkap, baik informasi pendidikan, informasi medis, informasi sosiokultural ataupun informasi psikologis anak tersebut dan selanjutnya dapat memudahkan dalam membuat program pembelajaran bagi anak tersebut
Asesmen Dalam upaya memberikan layanan pendidikan yang tepat/sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus maka diperlukan langkah-langkah yang sistematis. Langkah itu diawali dengan proses asesmen. Setiap anak berkebutuhan khusus harus melalui proses asesmen itu sehingga akan diperoleh gambaran kemampuan dan kebutuhan belajarnya. Apabila proses asesmen tidak dilakukan maka pembelajaran yang dilakukan tidak memiliki dasar/pijakan untuk mencapai indikator materi pembelajaran yang diharapkan. Anak-anak pun akan kesulitan menguasai materi pembelajaran karena materinya tidak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan belajarnya. Kegagalan dalam pembelajaran dapat diakibatkan oleh tidak adanya data hasil asesmen. Dengan demikian asesmen memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya asesmen ini maka setiap guru bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) harus memahami dan mengimplementasikan asesmen. Tulisan ini hadir bermaksud untuk memberikan pemahaman dasar mengenai asesmen agar guru-guru ABK dapat mengimplementasikan asesmen dengan dasar-dasar asesmen yang kuat.
N.    Pengertian Tes uraian
Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan) yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata (kalimat sendiri).

O.    Jenis-Jenis Tes Uraian
Dilihat dari ruang lingkup, tes uraian dibedakan menjadi:
a.       Uraian terbatas (restricted response items)
b.      Uraian Bebas (Extended response items)
Dilihat dari Penskorannya, tes uraian dibedakan menjadi:
a.       Uraian objektif
b.      Uraian non-objektif

P.     Kelebihan Tes Uraian
Kelebihan tes uraian dibandingkan tes objektif antara lain:
a.       Untuk mengukur proses berfikir tingkat tinggi
b.      Untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan tidak dapat diukur dengan tes objektif
c.       Waktu yang digunakan untuk menulis soal lebih cepat
d.      Menulis tes uraian yang baik relatif lebih mudah dari pada menulis tes obyektif yang baik

Q.    Kelemahan Tes Uraian
Kelemahan tes uraian dibandingkan tes objektif antara lain:
a.       Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
b.      Sukar memeriksa jawaban siswa
c.       Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis
d.      Hasil pemeriksaannya cenderung tidak tetap
e.        
R.    Cara Pengembangan Tes Uraian
Cara pengembangan tes uraian adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan tes
Tes uraian dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan, seperti:
Pertama, tes yang bertujuan untuk mengadakan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA) atau ujian lain yang sejenis dengan EBTA.
Kedua, tes yang bertujuan untuk mengadakan seleksi , misalnya untuk saringan masuk perguruan tinggi atau untuk penerimaan beasiswa untuk murid yang berbakat.
Ketiga, tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar murid, yang dikenal dengan tes diagnostic.


b.      Analisis Kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan item atau butir soal dalam membuat kisi-kisi soal
c.       Analisis Buku Pelajaran dan Sumber dari Materi Belajar Lainnya
Analisis buku pelajaran digunakan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya.
d.      Mengidentifikasi materi-materi yang cocok untuk dibuat dengan soal uraian.
Tes uraian biasanya dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan menganalisis yang dimiliki oleh siswa, atau menjelaskan prosedur, hubungan sebab-akibat, atau memberikan argumen-argumen yang relevan.
e.       Membuat kisi-kisi
Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencakup semua pokok bahasan secara proporsional.
f.       Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran.
Ada beberapa petunjuk dalam penulisan butir-butir soal seperti valid, dapat dikerjakan dengan kemampuan yang spesifik, dan berikan petunjuk pengerjaan soal secara lengkap dan jelas.
g.      Penelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang lain)
h.      Reproduksi tes terbatas
Tes yang sudah dibuat diperbanyak dalam jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba atau jumlah peserta
i.        Uji Coba Tes
Sampel uji coba harus mempunyai karakteristikyang kurang lebih sama dengan karakteristik peserta tes yang sesungguhnya.
j.        Analisis hasil uji coba.
Berdasarkan data hasil uji coba dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang meliputi validitas butir, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.
k.      Revisi soal
Apabila soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan atau revisi soal.

S.      TEKNIK MEMERIKSA HASIL TES URAIAN
1.      Metode holistik, untuk memeriksa tes uraian terbuka. Metode ini memiliki dua tahap
a.       Memeriksa seluruh jawaban siswa kemudian dikelompokkan berdasarkan kualitas jawaban A,B,C,D.
b.      Memeriksa ulang untuk memastikan kebenaran pengelompokkan jawaban tersebut.
2.      Metode analitik, untuk memeriksa tes   uraian terbatas dengan berpedoman pada pedoman pensekoran yg dibuat. Pedoman pensekoran:
a.       Tulis jawaban terbaik dari butir soal;
b.      Jika ada alternatif jawaban lain harus ditulis;
c.       Ada kata kunci jawaban;
d.      Beri skor pada tiap butir;
e.       Butir yg memiliki bobot tinggi diberi sekor lebih tinggi;
f.       Cantumkan skor maksimal pada kanan atas setiap butir soal.
Untuk mendapatkan reliabilitas yg tinggi diperiksa dua orang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar