BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Evaluasi
merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara
sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan
sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip
dari Bloom et.all 1971).
Stufflebeam
et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh
dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
Evaluasi sendiri memiliki beberapa
prinsip dasar yaitu ;
1.
Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan
pembeljaran bagi masyrakat.
2.
Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna,
meski dilkukan dengan metode yang berbeda.
3.
Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas
suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan
rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu
memberikan alternatif.
4.
Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan
perorangan.
5.
Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula
sebaliknya.
6.
evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka
lakukanlah revisi.
7.
Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu
pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8.
Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan
teknik yang aplicable.
9.
Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan
evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
10.
Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai
hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi
adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan
hubungan sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses
yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal
penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang
telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran.
Transformasi adalah segala unsur yang
terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan beljar, metode
pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah
capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Dalam evaluasi ada yang dikenal dengan
instrumen atau biasanya merupakan alat untuk melakukan suatu penelitian, bahkan
asesmen (penilaian), dan tes (seperangkat pertanyaan). Lantas bagaimana
penjelasan ketiga poin ini?
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.
Apakah instrumen itu yang dipakai sebgai penelitian?
b.
Bagaimanakah penjelasan atau maksud dari asesmen itu?
c.
Bagaimana tes uraian itu cara penegembangannya?
C.
Tujuan
Dari masalah yang dikemukakan diatas
maka dapat ditarik kesimpulan yang bertujuan sebagai berikut:
a.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan instrumen
b.
Dapat mengetahui apa itu asesmen (penilaian)
c.
Dapat mengetahui bagaimana tes uraian itu dan cara
menegebangkannya.
BAB II
INSTRUMEN, ASESMEN, DAN TES URAIAN
A.
Pengertian Instrumen dan
Penjelasannya
Instrumen penelitian adalah:
Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi
yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat
pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian
dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel
atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar dapat
menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir
instrumennya.
Ada beberapa langkah umum yang bisa
ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
1.
Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel
menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa
diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator
variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam
pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan
fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
2.
Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur
variable / subvariabel / indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa
diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen.
3.
Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun
kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi
pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu
yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada
indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas
lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan
adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau
diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan
subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.
Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita bedakan
aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
4.
Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item
dan pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan
dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang ditetapkan
sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya
gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang
betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
5.
Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan
untuk revisi instrumen, misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasannya.
Fungsi instrumen adalah
mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data
merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya
instrumen pengumpulan data. Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian
adalah sebagai berikut :
a)
Tes
Sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan
untuk mengukur keterampilan,pengukuran intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok.
b)
Kuesioner
Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari reponden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
ia ketahui.
c)
Wawancara (Interview)
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan
seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid,
orang tua, pendidikan,perhatian, sikap terhadap sesuatu.
d)
Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung,observasi dapat dilakukan
dengan tes,kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara.Pedoman observasi berisi
sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
e)
Skala bertingkat (ratings)
Suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.Walaupun skala
bertingkat ini menghasilkan data yang kasar tetapi cukup memberikan informasi
tettentu tentang program atau orang.Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan
gambaran, penampilan, terutama penampilan didalam orang menjalankan tugas yang
menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalam menyusun skala, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang harus
ditanyakan harus apa yang diamati responden.
f)
Dokumentasi
Berasal dari asal kata dokumen, yang artinya tetulis,
didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah,dokumen peraturan-peraturan, notulen
rapat,dan sebagainya.
B.
Pengujian Instrumen penelitian
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria
sebagai berikut :
1.
Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya
meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena
meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran menjadi tidak valid jika digunakan
untuk mengukur berat.Jadi,hasil penelitian
dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti.
2. Reliable,reliable adalah konsistensi
alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa saja yang diukur.
Instrumen yang reliable jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan
reliable.
C.
Pengertian Pengumpulan Data dan
Penjelasannya
Sebelum
mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari sumber data. Sumber
data adalah subyek dari mana data diperoleh.
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan
kuesioner dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden yaitu,
orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan
maupun tulisan. Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan akan
mempengaruhi data dan kesimpulannya dapat salah. Apabila menyusun instrument
merupakan pekerjaan penting dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting lagi
mengumpulkan data terutama jika peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup
besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.
Ada
2 sumber data yaitu:
1) Data Primer
Data yang
langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau objek
penelitian.Ada 3 cara pengumpul data primer:
a)
Observasi
b)
Wawancara
c)
Kuesioner
2) Data Sekunder
Data yang
diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang dimiliki
perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya.
D. Definisi Asesme
Asesmen adalah serangkaian proses
yang di dalamnya terdapat aktifitas tes dan evaluasi dalam rangka memperoleh
gambaran yang lengkap mengenai kemampuan dan hambatan belajar yang dimiliki
oleh anak sehingga berdasarkan gamabaran/data itu dapat diambil keputusan untuk
menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan belajar
anak. Sejalan dengan definisi berikut bahwa asesmen adalah mengumpulkan
informasi yang relevan, sabagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan, dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan
tersebut (Mcloughlin and Lewis, 1986:3; Rochyadi & Alimin
2003:44; Sodiq, 1996; Fallen dan Umansky, 1988 dalam Sunardi dan Sunaryo,
2006:80). Demikian pula dengan apa yang dinyatakan oleh McLEan, Wolery,
dan Bailey (2004 dalam Rahardja, Dajdja, 2006:14) bahwa asesmen merupakan
istilah umum yang berhubungan dengan proses pengumpulan informasi untuk tujuan
pengambilan keputusan.
Asesmen yang tepat berguna untuk
membantu anak-anak berkembang secara optimal, baik fisik, sosial, emosional,
intelektual maupun spiritual. Asesmen yang tepat juga dapat digunakan untuk
mendeteksi keterlambatan-keterlambatan perkembangan atau kebutuhan-kebutuhan
khusus yang mungkin dimiliki anak-anak. Selain itu informasi yang akurat dari sebuah
asesmen bermanfaat untuk peningkatan pembelajaran sehingga proses belajar
anak-anak membaik dan sebagai informasi bagi para orangtua tentang kemajuan dan
hal-hal terkait dengan belajar anak-anak mereka.
Asesmen yang tepat merupakan bagian
penting dari program evaluasi dan perbaikan terus menerus kualitas program
pendidikan yang sudah dirancang. Dalam program pendidikan yang berkualitas,
pihak-pihak terkait dengan pendidikan anak menggunakan informasi dari berbagai
macam sumber untuk merencanakan dan membuat keputusan-keputusan tentang
anak-anak secara individual.
Prosedur-prosedur dan
instrumen-instrumen (alat) asesmen—seperti test, observasi, portofolio,
penilaian guru, penilaian orangtua, dan lain sebagainya—dikatakan efektif
ketika mereka memenuhi standar validitas (tepat dan akurat), reliabilitas
(keajegan), dan kepekaan terhadap isu-isu kultural. Instrument asesmen yang
tepat memungkinkan jawaban-jawaban yang khas dari anak-anak menurut kelompok
usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, dan kondisi geografis. Anak-anak
harus diukur secara individual oleh orang-orang yang mengetahui mereka dengan
objektif dalam setting dan situasi-situasi yang mencerminkan penampilan mereka
yang sesungguhnya. Semakin muda usia anak, maka
akan semakin sulit untuk mendapatkan asesmen yang valid. Perkembangan anak-anak
usia dini berlangsung sangat cepat dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman.
Performansi mereka dalam tes dipengaruhi oleh kondisi-kondisi emosional anak
dan kondisi-kondisi saat asesmen dilakukan.
Satu hal yang pasti dalam melakukan
asesmen adalah jangan pernah menggunakan satu instrumen asesmen untuk membuat
keputusan-keputusan yang memiliki konsekuensi penting bagi anak-anak. Setiap
asesmen seharusnya dipilih untuk memenuhi tujuan-tujuan yang spesifik. Asesmen
seharusnya diselaraskan dengan kurikulum dan proses pembelajaran di kelas.
Ada beberapa pengertian tentang
asesmen menurut para ahli :
a. Menurut Robert M Smith (2002)
“Suatu penilaian yang komprehensif
dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana
hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak
sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
b. Menurut James A. Mc. Lounghlin &
Rena B Lewis
“Proses sistematika dalam
mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan
kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa
yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat
menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan
objektif.
c. Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
·
Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
·
Memilih dan mendesain program treatmen
·
Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus
menerus.
·
Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
d.
Menurut Lidz 2003
Proses pengumpulan informasi untuk
mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya,
kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting
yang dibutuhkan anak.
E. Varian
asesmen
a.
Asesmen
tradisional
·
Traditional
assessment refers to paper and pencil testing
·
Asesmen
tradisional mengukur hasil belajar siswa hanya dengan menggunakan satu jenis
alat ukur yaitu tes tetulis.
·
Tes tertulis
hanya mampu mengukur aspek kognitif dan keterampilan sederhana
b.
Asesmen
performance
·
Asesmen
menghendaki siswa mendemonstrasikan kemampuannya baik pengetahuan atau
keterampilan dalam bentuk kinerja sebagai hasil penyelesaian suatu tugas. jadi
tidak hanya menjawab atau memilih jawaban yang sudah tersedia.
·
Asesmen
menilai hasil belajar dan proses belajar siswa.
c. Asesmen
Authentic
·
Authentic
assessment engages students in applying knowledge and skill in same way they
are used in the “real world” outside school.
·
Menuntut
siswa mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuannya dalam kehidupan nyata di
luar sekolah.
·
Tujuannya
adalah mengumpulkan bukti-bukti bahwa siswa telah dapat menggunakan pengetahuan
dan keterampilannya secara efektif dalam kehidupan nyata.
d.
Asesmen portofolio
·
Kumpulan
hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yg menunjukkan upaya, proses,
hasil, dan kemajuan belajar siswa dari waktu ke waktu.
·
Portfolio
is purposeful collection of student work that tells the story of student
achievement or growth. portfolios are not folders of all work a student does.
e.
Asesmen achievement
·
Merupakan pengertian umum
terhadap semua usaha untuk mengukur, mengetahui, dan mendiskripsikan
hasil belajar siswa baik yang dilakukan dengan tes tertulis, asesmen
kinerja, portofolio, dan semua usaha untuk memperoleh informasi hasil dan
kemajuan belajar siswa.
f.
Asesmen Alternativ
·
Merupakan
asesmen yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis.
·
Pada
dasarnya alternatif asesmen merupakan alternatif dari asesmen tradisionil (paper
and pencil test)
·
Jadi,
performance assessment, portfolio assessment, authentic assessment dan
achievement assessment alternative merupakan kelompok asesmen alternatif.
F. Tujuan Asesmen
Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam
rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan
layanan pembelajaran secara tepat.
1. Screening/penyaringan: untuk
mengidentifikasi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus
2. Diagnosis : untuk menentukan jenis
dan berat/ringannya kebutuhan khusus.
3. Perencanaan program
4. Penempatan
5. Grading/penilaian
6. Evaluation
7.
Prediction :
untuk memperkirakan potensi atau kinerja anak kelompok anak dimasa datang.
Tujuan asesmen menurut beberapa
ahli:
a. Menurut Robb
·
Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
·
Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak
·
Untuk merancang individualisasi pendidikan
·
Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
·
Untuk mengevaluasi kefektifan program.
b.
Menurut Sumardi & Sunaryo (2006)
·
Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan
komprehensif tentang kondisi anak saat ini
·
Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan
hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan
khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak
·
Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.
c. Menurut Salvia dan Yesseldyke
seperti dikutif Lerner (1988: 54)
Asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu :
Asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu :
·
Penyaringan (screening)
·
Pengalihtanganan (referal)
·
Klasifikasi (classification)
·
Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)
·
Pemantauan kemjuan belajar anak (monitoring pupil progress)
Berdasarkan hasil kajian dari
teori-teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa :
“Asesmen dilakukan untuk mengetahui
keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan asesmen) baik potensi-potensinya
maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai bahan untuk menyusun
suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan layanan / intervensi secara
tepat.
·
Ruang Lingkup
·Motorik
·Kognitif
·Emosi
·Perilaku adaptif
·Bahasa
G.
Pendekatan Asesmen
a. Asesmen Formal
Asesmen formal adalah asesmen
standar atau asesmen yang menggunakan instrumen baku, misalnya WISC (tes
kecerdasan), PMC, Basal Reading Tes Minosetta, dll. Instrumen tersebut telah
mengalami standarisasi melalui eksperimen yang ketat dengan jumlah sampel yang
sangat banyak.
b. Asesmen Informal
Asesmen informal adalah asesmen yang
dibuat dan dikembangkan oleh guru berdasarkan aspek-aspek perkembangan atau
kurikulum yang berkaitan dengan kemampuan belajar anak. Asesmen informal ini
hanya berlaku kasuistis, maksudnya berlaku pada komunitas anak dimana guru itu
membuat dan menerapkan asesmen. Belum tentu sesuai atau cocok diterapkan pada
komunitas anak ditempat lain.
H. Subjek Asesmen
Siapakah yang perlu diasesmen?
Tentunya semua anak membutuhkan asesmen ini. Semua anak harus memperoleh hak
pendidikan dan hak belajarnya maka semua anak perlu memperoleh proses asesmen
agar hak pendidikan dan hak belajarnya terpenuhi sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya. Anak pada umumnya membutuhkan asesmen, terlebih lagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang rentan terhadap kegagalan dalam proses pembelajaran.
Semua anak berkebutuhan khusus harus diasesmen sebelum mereka memulai proses
pembelajaran.
Semua subjek akan memperoleh
strategi, lingkup, dan teknik asesmen yang sama. Perbedaannya terletak pada
prosedur dan item-item soal dan instruksi yang ada dalam proses asesmen. Faktor
usia juga menentukan bentuk item soal dan evakuasi yang akan diberikan.
Misalnya asesmen membaca permulaan pada anak tunagrahita akan berebda dengan anak
pada umumnya. Item-item soal pada anak tunagrahita harus memiliki instruksi
yang jelas bahkan perlu dibuat dengan bahasa atau simbol yang sesuai dengan
pekembangan anak tunagrahita. Namun pada prinsipnya asesmen bagi semua anak
adalah sama.
I. Strategi
a. Asesmen Statis
Asesmen statis adalah asesmen yang
dilakukan berdasarkan pola waktu yang telah ditentukan. Misalnya dilakukan pada
awal masuk sekolah atau tahun pelajaran baru, tengah semester dan akhir
semester.
b. Asesmen Dinamis
Asesmen dinamis adalah asesmen yang
dilakukan tanpa terikat oleh pola waktu. Asesor terus melakukan penilaian,
pengukuran dan evaluasi sepanjang perkembangan anak dalam proses belajar atau
kehidupannya. Setiap hasil asesmen menjadi baseline bagi asesmen
berikutnya.
J. Lingkup
a. Asesmen berbasis Perkembangan
·
Kognitif
·
Sosial – Emosi
·
Fisik – Motorik
b.
Asesmen berbasis Kurikulum
·
Bahasa (bicara, mendengarkan, membaca, menulis)
·
Aritmatika/Matematika
K.
Teknik
Tekniknya meliputi tes, evaluasi,
wawancara, observasi, dan analisis pekerjaan anak. Dalam satu proses asesmen,
biasanya semua teknik itu digunakan, tidak hanya satu teknik saja.
L.
Prosedur
Prosedurnya tergantung pada lingkup
asesmen yang akan dilakukan dan tergantung subjeknya. Asesmen
mempunyai peran yang penting untuk mengetahui kinerja dan kontribusi pegawai
terhadap organisasi. Asesmen juga merupakan sistem evaluasi untuk mengukur
kompetensi dan kapabilitasnya. Asesmen kami selain menggunakan pendekatan
multi-metode dan asesor yang terlatih, juga didukung oleh teknologi informasi
(berbasis komputer) untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, efisien, dan
efektif.
M.
Masalah-masalah Akademik
Perbedaan antara asesmen pendidikan, asesmen medis, asesmen sosiokultural dan asesmen psikologis bisa dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut :
Perbedaan antara asesmen pendidikan, asesmen medis, asesmen sosiokultural dan asesmen psikologis bisa dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut :
- Tujuannya
- Ruang lingkup
- Asesornya.
Untuk mengadakan asesmen bagi ABK
tidak bisa hanya satu asesmen, tetapi harus lengkap agar informasi yang
diperoleh tentang anak ABK dapat diketahui dengan lengkap, baik informasi
pendidikan, informasi medis, informasi sosiokultural ataupun informasi
psikologis anak tersebut dan selanjutnya dapat memudahkan dalam membuat program
pembelajaran bagi anak tersebut
Asesmen Dalam upaya memberikan
layanan pendidikan yang tepat/sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus maka diperlukan langkah-langkah yang sistematis. Langkah
itu diawali dengan proses asesmen. Setiap anak berkebutuhan khusus harus
melalui proses asesmen itu sehingga akan diperoleh gambaran kemampuan dan
kebutuhan belajarnya. Apabila proses asesmen tidak dilakukan maka pembelajaran
yang dilakukan tidak memiliki dasar/pijakan untuk mencapai indikator materi
pembelajaran yang diharapkan. Anak-anak pun akan kesulitan menguasai materi
pembelajaran karena materinya tidak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
belajarnya. Kegagalan dalam pembelajaran dapat diakibatkan oleh tidak adanya data hasil asesmen.
Dengan demikian asesmen memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya asesmen ini
maka setiap guru bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) harus memahami dan
mengimplementasikan asesmen. Tulisan ini hadir bermaksud untuk memberikan
pemahaman dasar mengenai asesmen agar guru-guru ABK dapat mengimplementasikan
asesmen dengan dasar-dasar asesmen yang kuat.
N.
Pengertian Tes uraian
Tes
uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan) yang
menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya
menurut kata-kata (kalimat sendiri).
O.
Jenis-Jenis Tes Uraian
Dilihat
dari ruang lingkup, tes uraian dibedakan menjadi:
a.
Uraian terbatas (restricted response items)
b. Uraian Bebas (Extended response
items)
Dilihat dari Penskorannya, tes
uraian dibedakan menjadi:
a.
Uraian objektif
b.
Uraian non-objektif
P.
Kelebihan Tes Uraian
Kelebihan
tes uraian dibandingkan tes objektif antara lain:
a.
Untuk mengukur proses berfikir tingkat tinggi
b.
Untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan tidak dapat
diukur dengan tes objektif
c.
Waktu yang digunakan untuk menulis soal lebih cepat
d. Menulis tes uraian yang baik relatif
lebih mudah dari pada menulis tes obyektif yang baik
Q.
Kelemahan Tes Uraian
Kelemahan
tes uraian dibandingkan tes objektif antara lain:
a.
Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
b.
Sukar memeriksa jawaban siswa
c.
Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis
d. Hasil pemeriksaannya cenderung tidak
tetap
e.
R.
Cara Pengembangan Tes Uraian
Cara
pengembangan tes uraian adalah sebagai berikut:
a.
Merumuskan tujuan tes
Tes uraian dapat dibuat untuk
bermacam-macam tujuan, seperti:
Pertama, tes yang bertujuan untuk
mengadakan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA) atau ujian lain yang sejenis
dengan EBTA.
Kedua, tes yang bertujuan untuk
mengadakan seleksi , misalnya untuk saringan masuk perguruan tinggi atau untuk
penerimaan beasiswa untuk murid yang berbakat.
Ketiga, tes yang bertujuan untuk
mendiagnosis kesulitan belajar murid, yang dikenal dengan tes diagnostic.
b. Analisis Kurikulum atau Garis-Garis
Besar Program Pengajaran (GBPP)
Analisis kurikulum bertujuan untuk
menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan dasar dalam
menentukan item atau butir soal dalam membuat kisi-kisi soal
c. Analisis Buku Pelajaran dan Sumber
dari Materi Belajar Lainnya
Analisis buku pelajaran digunakan
untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah halaman materi
yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya.
d. Mengidentifikasi materi-materi yang
cocok untuk dibuat dengan soal uraian.
Tes uraian biasanya dibuat dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan menganalisis yang dimiliki oleh siswa, atau
menjelaskan prosedur, hubungan sebab-akibat, atau memberikan argumen-argumen
yang relevan.
e. Membuat kisi-kisi
Manfaat kisi-kisi adalah untuk
menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencakup semua pokok bahasan secara
proporsional.
f.
Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman
penskoran.
Ada beberapa petunjuk dalam
penulisan butir-butir soal seperti valid, dapat dikerjakan dengan kemampuan
yang spesifik, dan berikan petunjuk pengerjaan soal secara lengkap dan jelas.
g.
Penelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang
lain)
h.
Reproduksi tes terbatas
Tes yang sudah dibuat diperbanyak
dalam jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba atau jumlah peserta
i.
Uji Coba Tes
Sampel uji coba harus mempunyai
karakteristikyang kurang lebih sama dengan karakteristik peserta tes yang
sesungguhnya.
j.
Analisis hasil uji coba.
Berdasarkan data hasil uji coba
dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang meliputi validitas butir,
tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.
k. Revisi soal
Apabila soal-soal yang valid belum
memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan
perbaikan atau revisi soal.
S. TEKNIK
MEMERIKSA HASIL TES URAIAN
1.
Metode holistik, untuk memeriksa tes uraian
terbuka. Metode ini memiliki dua tahap
a.
Memeriksa seluruh jawaban siswa kemudian
dikelompokkan berdasarkan kualitas jawaban A,B,C,D.
b.
Memeriksa ulang untuk memastikan kebenaran
pengelompokkan jawaban tersebut.
2.
Metode analitik,
untuk memeriksa tes uraian terbatas dengan berpedoman pada pedoman
pensekoran yg dibuat. Pedoman pensekoran:
a. Tulis jawaban terbaik dari butir soal;
b. Jika ada alternatif jawaban lain harus ditulis;
c. Ada kata kunci jawaban;
d. Beri skor pada tiap butir;
e. Butir yg memiliki bobot tinggi diberi sekor
lebih tinggi;
f. Cantumkan skor maksimal pada kanan atas setiap butir soal.
Untuk mendapatkan reliabilitas yg tinggi diperiksa dua
orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar